
Pertemuan ke-14 Mata Kuliah Pilihan Audit Industri Spesifik diadakan pada hari Jumat, 13 Desember 2024. Perkuliahan dimulai pada pukul 16.00 hingga 18.30 WIB di ruang Smart Classroom 9714 Lantai 7 Gedung 9 Universitas Katolik Parahyangan. Dalam pertemuan terakhir ini, mahasiswa/i diminta untuk mempresentasikan topik-topik perkuliahan sebagai berikut, yaitu Real Estate, FMCG, Multi Finance, dan Hotel. Serta dihadiri juga oleh Bapak Indra Wijaya, selaku Partner Audit KPMG Indonesia, untuk memberikan komentar dan masukan via Micsrosoft Teams.
Topik pertama yang dipresentasikan oleh Daniel Putra Nahim dan rekan kelompoknya adalah Real Estate, dengan mengambil PT. Alam Sutera Realty Tbk. sebagai salah satu contoh perusahaan yang bergerak di industri ini. Presentor menganalisis terlebih dahulu terkait laporan keuangan perusahaan, khususnya peningkatan Aset Tidak Lancar, penurunan Beban Pokok Penjualan, dan penurunan Beban Umum & Administrasi. Perubahan angka menunjukkan perubahan yang signifikan atau material dalam laporan keuangan. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko audit, sehingga dibutuhkan proses identifikasi risiko audit. Presentor menemukan inherent risk dalam aset lancar, yakni fluktuasi nilai pasar properti yang mengakibatkan ketidakakuratan estimasi nilai pasar. Ada juga kesalahan penilaian yang tinggi sebagai inherent risk dalam Beban Pokok Penjualan. Untuk merespon risiko-risiko audit yang teridentifikasi, dibutuhkan prosedur audit yang tepat supaya auditor dapat memberikan keyakinan yang wajar terhadap laporan keuangan. Auditor bisa melakukan prosedur confirmation, recalculation, serta analytical procedure untuk merespon risiko audit dalam liabilitas jangka pendek. Sedangkan untuk akun Persediaan, bisa dilakukan inspection, observation, dan physical examination. Prosedur physical examination, inspection, dan analytical procedure digunakan untuk merespon risiko audit dalam pendapatan dan penjualan. Pak Indra menambahkan bahwa Revenue Recognition merupakan hal penting dalam proses mengembangkan suatu properti, khususnya di industri real estate. Ia juga menghimbau kepada para mahasiswa untuk memeriksa Key Audit Matter dalam laporan audit.
Topik kedua yang dipresentasikan oleh Gleashella Aurellya dan rekan kelompoknya adalah FMCG (Fast-Moving Consumer Goods). Tim presentor memilih PT Mulia Boga Raya sebagai contoh perusahaan yang bergerak di bidang FMCG, dimana perusahaan tersebut memiliki produk keju Prochiz dengan berbagai variasinya. Penyisihan Piutang Ragu-Ragu merupakan akun signifikan dalam kategori aset, serta Persediaan mengalami peningkatan sebesar 81% dari tahun sebelumnya. Dalam Income Statement, Revenues harus digarisbawahi oleh auditor karena ada kemungkinan lebih dicatat yang disebabkan manipulasi dengan diskon, insentif, dan rabat. Untuk merespon risiko audit tersebut, harus disusun Planned Audit Approach terlebih dahulu. Kemudian Other Matter yang harus diperhatikan juga adalah Channel Stuffing yang merupakan praktik penipuan dengan tujuan untuk meningkatkan angka penjualan agar terlihat baik di mata investor. Pada akhir presentasi, pak Indra menambahkan bahwa Rebates yang menjadi isu di FMCG adalah bagaimana mengestimasi berapa jumlah diskon yang diberikan kepada distributor yang berhasil menjual sesuai dengan target. Klaim Rebates umumnya telat, belum lagi pembayarannya, sehingga tidak cukup jika hanya memeriksa Subsequent Payment. Kemudian terkait Liabilities, hal yang harus ditekankan adalah Completeness kewajiban yang dicatat oleh perusahaan FMCG. Selain itu, ada juga risiko fraud, dimana manajemen membalik pencatatan accrual di akhir tahun sebelum tutup buku karena target penjualan tidak tercapai.
Topik ketiga yang dibawakan oleh Roy Noah Archer dan rekan kelompoknya adalah Multi Finance. Perusahaan yang dijadikan sebagai contoh di industri ini adalah PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. yang memiliki dua bidang usaha, yaitu Pembiayaan dan Pembiayaan Syariah. Akun-akun finansial yang harus diperhatikan oleh auditor, yaitu Piutang Pembiayaan Konsumen (sebesar 89,2% dari Total Aset) dan Piutang Sewa Pembiayaan. Dalam Liabilities, terdapat Pinjaman Kepada Bank dan Utang Obligasi sebagai sumber utama pendanaan Adira. Akun Utang Kepada Dealer biasanya tidak ada di perusahaan pada umumnya. Serta dalam Income Statement, akun yang diperhatikan adalah Pembiayaan Konsumen sebagai sumber utama pendapatan perusahaan, Sewa Pembiayaan, Beban Bunga & Keuangan. Tim presentor membahas Key Audit Matter berdasarkan laporan keuangan Adira tahun 2023, dimana Allowance For Impairment Losses on Customer memiliki nilai yang signifikan dan dinilai berdasarkan opini subjektif dari manajemen. Maka auditor harus merespon dengan melakukan recalculation. Kemudian terdapat Credit Risk dalam perusahaan, sehingga dibutuhkan respon melalui test of control. Selain itu, terdapat Liquidity Risk, Market Risk, dan Operational Risk. Di akhir, pak Indra menambahkan bahwa penentuan significant account diidentifikasi karena ada risiko salah saji yang material. Terdapat isu ketika ingin menerima pembayaran dari pelanggan, sehingga diperlukan jenis testing yang sesuai. Operational Risk sebenarnya berada di luar konteks laporan keuangan, sehingga hanya Credit, Liquidity, dan Market Risk (investasi yang diukur dengan nilai wajar) saja yang harus diperhatikan. Peningkatan signifikan pada Credit Risk terhadap nasabah atau sekelompok nasabah, perusahaan harus mengestimasi hingga waktu jatuh tempo.
Topik terakhir yang dipresentasikan oleh Michael Yonatan dan rekan kelompoknya adalah Hotel dengan memilih PT Sunter Lakeside Hotel Tbk. sebagai contoh perusahaannya. Tim presentor mengatakan bahwa performa perusahaan secara keseluruhan sudah cukup baik apabila dilihat dari laporan keuangan. Dalam Statement of Financial Position akun aset dengan nilai signifikan, yaitu Piutang Usaha dari Pihak Ketiga, Piutang Lain-Lain dari Pihak Berelasi, Persediaan, Uang Muka dan Biaya Dibayar di Muka, serta Aset Hak Guna. Risiko audit yang timbul adalah terkait pengakuan pendapatan, karena pendapatan perusahaan tidak hanya bersumber dari penjualan kamar hotel, melainkan ada yang bersumber dari penjualan makanan & minuman. Respon yang harus dilakukan seorang auditor, yaitu melakukan control approach melalui walkthrough test, memeriksa dokumen transaksi yang menggunakan teknologi informasi. Sedangkan prosedur audit untuk Fixed Asset, yaitu datang onsite, valuasi aset, dan pengklasifikasian aset apakah sudah benar atau belum. Selain itu, auditor perlu melakukan sample testing, confirmation, dan management inquiry untuk Trade Receivables. Kemudian Other Matters yang turut diperhatikan adalah revaluasi Fixed Asset, dimana perusahaan mendapatkan profit atau loss dari perbedaan dalam revaluasi tersebut. Pak Indra menambahkan bahwa PSAK itu dibuat untuk setiap jenis transaksinya, bukan untuk setiap entitas atau industri spesifik. Pemilihan metode revaluasi sangat berpengaruh terhadap profit/loss perusahaan.
Dengan demikian perkuliahan Mata Kuliah Pilihan Audit Industri Spesifik telah selesai, dimana mahasiswa/i akan menghadapai Ujian Akhir Semester (UAS). Mahasiswa/i sangat bersyukur karena bisa diberi kesempatan untuk mengikuti perkuliahan yang materinya diajarkan dan disampaikan langsung oleh praktisi-praktisi KPMG Indonesia. Serta menjadi sebuah kehormatan Bapak Indra Wijaya berkenan untuk berdiskusi secara komprehensif dan memberikan saran yang dapat membangun mahasiswa. Ia mengatakan bahwa setiap pertemuan mata kuliah ini merupakan proses belajar yang bermanfaat di kemudian hari ketika mahasiswa/i menjadi seorang auditor. Dengan dinamika pertemuan terakhir kuliah Audit Industri Spesifik ini, para mahasiswa diharapkan bisa semakin memahami bagaimana seorang auditor menganalisa, mengidentifikasi, serta memilih langkah yang tepat dalam menghadapi berbagai macam industri perusahaan.
Program Studi Akuntansi Universitas Katolik Parahyangan